ANNIVERSARY

FENOMENA DI BALIK KISAH CINTA


E L D 

Ruang gerak kita dalam berfikir tentang berbagai hal sangat banyak, bahkan tak cukup sisa hidup manusia untuk belajar akan hidup ini. Di antara banyak hal yang selalu kita pelajari, saat ini saya membawa pembaca, baik para nitisen dan para blogger sejati serta pembaca pada satu ruang refleksi hidup dalam pandangan romantika. Menghabiskan waktu untuk kebaikan bagi banyak orang mungkin adalah satu hal yang sangat membahagiakan di dalam hidup, namun tidak kalah pentingnya perlu ada satu sosok yang bersedia menemani dan mendorong melakukan hal tersebut. Bagi kebanyakan orang berpandangan sisi romantika selalu di kaitkan dengan sudut pandang yang berada pada prespektif yang negatif. Padahal dalam keyakinan manapun selalu di ketahui bahwa cinta adalah nilai yang mulia, semisal keyakinan orang yahudi bahwa cinta selalu di sebut beriringan dengan kasih.

Kali ini penulis ingin bercerita tentang kisah cinta dari sepasang kekasih yang lahir karna fenomena. Sulit di mengerti oleh setiap orang yang membaca artikel ini akan makna dan arti dari judulnya. Sebelum jauh bercerita penulis ingin menyampaikan sebuah pantun, yang berbunyi demikian :
            Buah rau, buah rambutan
            Asalkan jangan buah pepaya
            Biar jauh, langgar lautan,
            Asalkan jangan tinggalkan saya
Sikat gigi di batu intan
Kumur kumur daun pepaya
Biar nona seperti intan
Akan ku buang di lubang buaya

Sangat menggelitik apabila sekilas kita melihat dan membaca pantun ini, tetapi jauh kita memaknainya sangat mempunyai filosopi yang mendalam bagi penulis. Belum beberapa lama dalam tulisan sebelumnya saat penulis mengkaji tentang PSIKOLOGI REMAJA, ada nitisen berkomentar tentang bagaimana ketika seorang remaja akhir berada pada konteks yang sulit terkendali. Setiap orang selalu tidak akan merasa terbiasa dengan jenjang umur yang di hadapi dalam hidupnya. Sehingga yang terpenting adalah menghadapi sesuatu dangan cara pandang yang rasional lalu fokus kepada apa yang di cita – cita kan dan konteks kesadaran yang mendasar dengan lingkungan sekitar untuk melayani tanpa mengharapkan imbalan.

Fenomena cinta yang lahir atas dasar kesamaan pemikiran ini lah, sepasang kekasih tersebut tetap berkomitmen dalam hidupnya yang di jalani. Mungkin banyak orang dalam hidupnya memiliki harapan ( hope ) dalam hidupnya dan untuk mencapai itu dengan caranya masing – masing, tetapi disini keunikan dari fenomena di balik cinta oleh  sepasang kekasih ini bukan melihat konteks romantika menjadi prioritas utamanya, lebih kepada bagaimana menjadikan kesatuan mereka untuk menjadi mahluk yang berguna bagi sesama untuk Tuhan nya. Karena yang terpenting bahwa mereka percaya dalam pertemuan mereka yang unik dan sangat tidak lazim itulah di tengah kesulitan sahabat terhebat mereka berdua ternya tersirat rencana Tuhan yang indah untuk mereka bersatu.

Sekiranya kisah di balik fenomena cinta yang buruk ini, menjadi kan satu catatan penting yang menjadi pedoman kita dalam hidup untuk memaknai cinta sebagai satu hal yang bukan semata – mata adalah hasrat romantika, tetapi lebih dari itu menjadikan cinta sebagai terang yang baik bagi semua orang di sekitar. Karena setiap jalan dan rencana – Nya bukanlah manusia yang menjadi penentu, tetapi hanya Dia sang pemberi hidup.


KEMAUAN, KOMITMEN DAN KONSISTEN