Opini Public: Edwin Hunggurami, S.AP |
Hallo sobat blogger
tercinta dimanapun berada, berjumpa lagi dengan mr.ed dalam opini public. Kali
ini kita menyampaikan pandangan menarik tentang masalah krusial yang sedang
panas di Provinsi Nusa Tenggara Timur yakni perdebatan hebat antara Gubernur
Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dengan pemegang kuasa hak ulayat tanah di
Kabupaten Sumba Timur. Sejauh ini, sejak video perdebatan yang beredar di media
sosial sudah menuai komentar dari berbagai pihak dan bahkan sudah ada gelombang
aksi yang dilakukan oleh Serikat Pemuda
Nusa Tenggara Timur yang dilakukan didepan Istana Negara, Jakarta, Jumat
(3/12/21).
Pada kesempatan kunjugan
kerja Gubernur NTT tersebut yang berujung perdebatan dan perseteruan hebat
jelas melalui video yang beredar dimedia sosial, Sabtu (27/11/21) memang jelas
keduanya sama-sama memiliki prinsip yang kuat. Namun sangat disayangkan ketika
dalam perdebatan tersebut Gubernur VBL mengucapkan kata-kata yang menyakitkan
dan bahkan tersulut emosi, sehigga menimbulkan sikap yang terlihat arogansi.
Nahh,, sobat pembaca
yang luar biasa, pada kesempatan ini saya percaya kita semua sama-sama sudah
melihat video yang beredar dimedia sosial, kemudian berujung menuai protes yang
hebat terhadap Gubernur VBL atas gaya komunikasinya yang buruk saat berbicara
dengan masyarakat. Pada bagian ini penulis ingin mengajak cara berfikir kita
sedikit keluar dari pro dan kontra pemerintah, masyarakat, aktivis, penggiat
media sosial atau Civil Society pada
umumnya. Sebagai seorang pemimpin memang jelas seorang Gubernur yang dianggap
sebagai pemimpin daerah, melalui gaya komunikasi (communication style) sudah sangat melukai dan membuat masyarakat
sulit menerima kenyataan tersebut, namun pada satu sisi yang berbeda kita juga
perlu bersama mengkritisi arus prodak kebijakan (polisy) dari pemerintahan sebelumnya yang terjadi didaerah sumba
timur baik dari pusat hingga daerah.
Apakah sebagai masyarakat
yang hari ini merasa ini adalah pukulan keras yang harus dilawan atau ini
adalah reaksi atas rasa sakit yang terlanjur secara perlahan menusuk dari dalam
tubuh. Secara prinsip pembangunan kajian penulis sebagai seorang yang masa
kuliahya belajar tentang Formulasi Kebijakan (policy formulation), tentunya pembangunan yang baik agar dapat terlaksana
dengan baik dan mudah adalah dengan cara membangun sesuai dengan potensi
daerah, karena itu sebabnya hadir model system pemerintahan Desentralisasi yang
juga merupakan hasil perjuangan para pendahulu dengan melalui berbagai proses
perubahan system di indoesia. Sumba Timur khususnya merupakan daerah dengan
potensi geografi sangat besar. Sehingga penulis dalam kesempatan saat bertemu
pemeritah daerah Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2017 disebuah kegiatan sempat
menyampaikan bahwa pembanguan di wilayah sumba timur harus sesuai dengan
prinsip potensi yang ada yakni bidang Pertanian,
Peternakan Dan Pariwisata.
Berdasarkan kajian
tersebut penulis melihat kendala yang sangat hebat pada bidang sosial, dimana
masyarakat Sumba Timur khususnya sangat minim Sumber Daya Manusia disebabkan
karena kualitas infrastruktur pendidikan yang tergolong tertinggal, terendah
dan terbelakang. Untuk itu penulis tidak bersepakat ketika dunia industry
dipaksakan masuk ke wilayah sumba timur yang menghabiskan ribuan hektar yang
secara umum oleh masyarakat Sumba Timur merupakan tempat menggembala hewan. Hal
yang esensial yang mebuat penulis tidak bersepakat adalah masyarakat sumba
timur khususnya tidak siap dan memang tidak tepat menerima dunia industri,
karena masyarakat hanya paling bisa menjadi buruh selebihnya seluruh hidupnya
hanya diatur dengan upah. Lebih buruk hal yang terjadi adalah mereka tidak akan
bisa hidup dan menyesuaikan dengan kehidupan yang akan tercipta oleh pengaruh
dunia industry, baik dari segi sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
Idealnya sebuah
pembangunan adalah Revolusi, bukan Evolusi, dunia industry masuk kewilayah
sumba Timur juga memiliki sisi yang positif terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD), tetapi dari segi perubahan khususnya di Sumba Timur akan berakibat lambat.
Dari sini pertanyaan mendasarnya apakah Grand
Design Development Gubernur VBL di bidang peternakan ini adalah jawaban
tepat sesuai potensi daerah atau bagian dari keinginan beliau membangun usaha
bagi anak ? hal tersebut yang mestinya harus lebih jelas seorang Gubernur NTT
jelaskan terhadap masyarakat sumba timur khususya. Sehingga dalam masalah yang
sedang dihadapi masyarakat Sumba Timur saat ini, tidak terjebak dalam dinamika
yang kurang esensial. Tentunya sangat sulit menyalahkan satu dengan yang lainnya,
namun yang jelas penulis meyesalkan gaya komunikasi Gubernur VBL dan juga
sangat disayangkan harusnya kita sejak awal mengutamakan kajian akademisi dalam
menentukan arus policy yang akan dilakukan sehingga bebannya tidak terletak
pada akhir yang imbasnya tentu untuk masyarakat Sumba Timur dan juga Pemerintahan
Pemda Kabupaten Sumba Timur yang baru.
Pada akhir tulisan ini penulis mengusulkan setiap kebijakan yang menyakut wilayah pembangunan dibidang potensi daerah harus berdasarkan kajian akademisi local yang mengetahui peluang dalam membangun daerah. Inilah sebabnya konsep desentralisasi itu hadir untuk memberikan ruang besar bagi anak bangsa berkarya melalui system pemerintahan otonom. Salam angkat topi tuya, kita ketemu dalam coffe break.🙏🇮🇩🇮🇩
3 komentar
Keren bung ED.
tetap lakukan yg terbaik demi dan untuk kepentingan orang banyak
Mantap bung tetap smagat dan pertahankan yang terbaik dan untuk kepentingan semua masyarakat.
💪💪
Mantap bro 👏👍
Semangat 💪